Rabu, 10 September 2008 14:46
Setiap manusia normal pasti merindukan seorang pasangan yang mendampinginya dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, setiap orang yang mendambakan pasangan hidup pasti melakukan aktifitas mencari, menyeleksi, menentukan kemudian mensahkan seseorang untuk menjadi pasangan hidupnya.
Namun di akhir zaman seperti sekarang ini, pernikahan seakan tidak lagi menjadi kebutuhan hidup kebanyakan orang, apalagi dengan berkembangnya budaya free sex dan sistem yang sangat memudahkan manusia untuk berbuat maksiyat. Jadi jangan heran bila pada saat ini banyak sekali orang yang lebih memilih single sepanjang masa, seakan sudah tak adalagi hasrat untuk menikah.
Peradaban dimana kita hidup saat ini, menjadi salah satu sebab sulitnya seseorang untuk mendapatkan pasangan hidup. Bagaimana tidak, peradabanlah yang mempengaruhi pembentukkan budaya ditengah populasi manusia, dan dari budaya yang tumbuh dan berkembang itu mayoritas adalah budaya yang mempersulit manusia untuk menciptakan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah (samara). Bila dulu orang menikah pada usia 15-25 tahun, maka saat ini usia segitu dianggap masih bau kencur dan dijuluki pernikahan dini serta diyakini akan menimbulkan banyak masalah. Tapi terbukti, orang tua kita ternyata baik-baik saja malah memiliki anak keturunan sampai saat ini. Lain lagi dengan kondisi saat ini, pernikahan rata-rata dilakukan pada usia 27 – 35 tahun, namun tetap saja rata-rata angka perceraian sangat tinggi, kekerasan dalam rumah tangga pun meningkat, belum lagi kasus perceraian, penyelewangan dsb. Usia menikah pada zaman modern ini juga terbukti tidak lebih produktif dari menikah di usia muda. Pasangan yang menikah di usia muda, memiliki anak lebih banyak karena usia perkawinan lebih panjang.
Jumlah wanita dan pria yang sangat tidak seimbang juga menjadi masalah, dan tidak ada yang bisa mengatasi masalah ini kecuali Allah SWT. Ketidakseimbangan jumlah pria-wanita ini seringkali dituding sebagai penyebab tingginya jumlah para single-fighter (julukan bagi mereka yang belum menikah). Padahal, Allah SWT pasti memberikan hikmah tertentu untuk manusia. Disatu sisi manusia tidak bisa menolak kondisi ini, namun disisi lain mereka sangat ingin menikah.
Dalam peradaban Islam, poligami bukanlah hal yang tabu, karena budaya dan iklilm yang dibangun sangat kondusif untuk itu, poligami tidak menjadi masalah sosial. Lain halnya dengan saat ini, peradaban, budaya dan iklim masyarakat sangatlah tidak kondusif. Jika dulu, kaum wanita tidak ada yang berani menggugat ketentuan Allah tentang hal ini, sekarang bukan hanya gugatan malah sudah menjadi hujatan, sampai-sampai ada yang meragukan kebenaran ayat Al-Qur’an, atau mencoba menafsirkan ayat tersebut sesuai dengan kehendak hati dan hawa nafsu. Dibawah peradaban Islam, walaupun berat, poligami tetap menjadi sebuah ketentuan yang tak dapat ditolak. Setiap perasaan tidak diperlakukan adil oleh suami, menjadi bumbu-bumbu pembuktian kasih sayang dan cinta pada suami. Cemburu dan rasa ingin lebih diperhatikan menjadi kasih sayang tersalurkan menjadi lebih berwarna dan menghangatkan nuansa rumah tangga, suamipun terkondisikan dengan berbagai pernak-pernik rumah tangga yang terbangun dengan warna kasih sayang dibawah naungan ketentuan Allah SWT, apabila benar-benar tidak memperlakukan istrinya dengan adil, dia akan berhadapan langsung dengan ALLAH SWT untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.
Lain halnya dengan saat ini… Poligami adalah hal yang tabu. Tidak mudah untuk berpoligami saat ini, karena bisa menjadi fitnah yang menghambat dakwah dan aktifitas lainnya. Walaupun sudah menjadi ketentuan Allah, kondisi saat ini tidak memungkinkan kita dengan mudahnya melakukan hal itu. Pria pun harus berpikir 1000x untuk memutuskan berpoligami, karena dia harus menghadapi cibiran dari masyarakat, ditentang keluarga/mertua, serta perceraian. Akhirnya tumbuhlah budaya Satu pria untuk satu wanita.. lalu bagaimana wanita yang tidak mendapat pasangan? Kaum wanita yang menikah menjawab "Ya sudah nasibnya", sedangkan kaum pria hanya bisa tertunduk diam (takut istri ngambek dan minta cerai). Maka setiap tahun, berjatuhanlan korban-korban. Yaitu mereka yang harus bersabar dengan menahan hasratnya yang hanya sebatas angan. Setiap hari mereka harus berjuang mengendalikan diri agar mampu mengendalikan kebutuhan kasih sayang dan belaian sang kekasih pendamping hidup serta menimang bayi kecil lucu yang lahir dari rahimnya yang hanya sebatas angan.
Lalu harus bagaimana???
Bagi kaum pria
Bagi kaum pria, segeralah menikah di usia muda (22 – 27 tahun) dan sayangilah istri anda dengan sepenuh hati. Karena istri anda itu adalah wanita beruntung yang menjadi curahan kasih sayang dan bisa mencurahkan kasih sayangnya. Anda harus tahu, istri anda adalah produk zaman modern yang membuatnya sangat posesif. Dia akan menganggap diri anda adalah miliknya, sampai-sampai dia lupa bahwa diri anda adalah milik Allah SWT. Anda juga harus tahu, bahwa istri anda telah terdidik oleh peradaban menjadi wanita egois yang sangat posesif, yang tidak rela diri anda dimiliki orang lain walaupun secara halal, serta tidak mau tahu penderitaan sesama jenisnya yang tengah bergulat menahan hasratnya. Saya yakin apabila diberikan kesempatan protes, istri anda akan protes pada Allah SWT mengapa pria diperbolehkan poligami dan wanita tidak, namun dia lupa memprotes kenapa bukan pria saja yang hamil dan menyusui.
Bagi kaum wanita
Bagi kaum wanita, permudahlah diri anda untuk dipilih. Jangan mempersulit diri anda dengan kriteris-kriteria ideal yang hanya dimiliki sedikit pria padahal kaum prianya saja sudah sedikit. Juga jangan mempersulit diri dengan penampilan yang berlebihan atau akhlak yang tumbuh karena mengharap ridho manusia, karena yang akan menghampiri anda bukanlah laki-laki yang baik, laki-laki itu menghampiri anda bukan karena ingin mendapatkan keridhoan Allah, melainkan karena ingin menyalurkan hasratnya atau tertipu dengan akhlak anda.
Berusahalah untuk menjadi pilihan, jangan membuat diri anda tersingkir dan tidak diperhitungkan. Atau anda akan terhempas menjadi pilihan dari mereka yang buruk. Laki-laki yang baik akan datang dengan kebaikannya untuk mencari kebaikan agar bisa menciptakan kebaikan-kebaikan dimasa depan. Sedangkan laki-laki yang buruk, dia akan datang dengan keburukan menghampiri keburukan, karena baik menuru versi mereka tak lain adalah gambaran keburukan pada dirinya, akhirnya ia akan menciptakan keburukan-keburukan dimasa depan. Allah SWT sudah menentapkan hal tersebut dalam surat an-nur bahwa wanita-wanita yang baik akan mendapat laki-laki yang baik sedangkan wanita-wanita yang keji akan mendapatkan laki-laki yang keji pula.
Sesuaikanlah diri anda sewajarnya, jangan pasrah apabila diri anda memiliki kekurangan-kekurangan baik secara fisik maupun sifat. Pahamilah bahwa, semakin beranjak usia seorang pria, dia akan semakin berkharisma dan berwibawa, dan daya tarik pria yang paling utama bukanlah pada wajah dan fisiknya, melainkan pada rayuannya, perhatiannya, tanggunga jawabnya dan pada hartanya. Sedangkan wanita yang menjadi daya tarik bagi pria adalah wajahnya, fisiknya serta akhlak dan ketaatannya. Dan wanita semakin beranjak usianya, dia akan semakin layu, dia memang masih memiliki kharisma namun tak lagi menarik hasrat. Maka sesuaikanlah diri anda…
Laki-Laki Beriman
Laki-laki beriman paham betul tentang kewajibannya untuk ghodul bashar (menjaga pandangan), sehingga cinta dan hasratnya hanya untuk istrinya, wanita yang bisa ia lihat secara lekat karena sudah menjadi haknya. Ia akan mengagumi kecantikan istrinya karena tiada bandingnya.
Laki-laki beriman akan jatuh hati karena nuansa keimanan seorang wanita, tidak tok pada parasnya saja. Dan nuansa keimanan itu akan dibawanya dalam membangun mahligai rumah tangganya. Dia tidak akan tertipu polesan make up yang menipu pandangan mata, karena hatinya menjadi sensor dalam menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam diri seorang wanita.
Wanita Beriman
Wanita beriman kecantikannya bukan hanya terpancar dari parasnya, namun juga terpancar dari hati dan akhlaknya. Dia tidak mempromosikan dirinya dengan kehinaan memamerkan aurat dan lekuk tubuhnya, namun kemuliaan akhlak dan iffah nya terpancar dengan sendirinya bak bunga menebar aroma pengundang lebah. Kesucian diri dan ketaatannya bagaikan bidadari dalam syurga rumah tangganya.
Wanita beriman akan menerima pinangan laki-laki beriman yang datang kepadanya sesuai dengan syar’iat. Ia akan membangun rumah tangga dan mendidik anaknya dengan syari’at Islam. Dia akan mendukung perjuangan suaminya serta menyambut kepulangan suami dengan sungging senyum dibibirnya. Bibirnya tersenyum tulus dan hatinya bahagia sepenuhnya menyambut sang suami yang telah lelah mencari nafkah.
Wallahu a’lam bishowab. Tulisan di atas sekedar berbagi pemikiran tentang kehidupan. Apabila bermanfaat silahkan diambil jika ada yang janggal atau tidak berkenan, mudah-mudaha kita bisa saling berbagi hikmah. Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar