Kamis, 10 Juni 2010

Kembang Anggrek: Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang


Surat al-Ra'd / 13:28, menyebutkan bahwa dengan mengikat (dzkir) kepada Allah maka hati menjadi tenteram. Dzikir sebagai metode mencapai ketenagan hati dilakukan dengan tata-cara tertentu. Dzikir dipahami dan di ajarkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah secara keras (dzikr jahr), dan dengan kalimat-kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat syahadat La ilaha illa Allah ke lafazh Allah dan sampai ke lafazh hu.


Sebenarnya hubungan dzikir dengan ketentraman jiwa dapat dianalisis secara ilmiah. Dzikir secara lughawi artinya ingat atau menyebut. Jika diartikan menyebut maka peranan lisan lebih dominan, tetapi jika diartikan ingat, maka kegiatan berpikir dan merasa (kegiatan psikologis) yang lebih dominan. Dari segi ini maka ada dua alur pikir yang dapat diikuti:

a) Manusia memiliki potensi intelektual. Potensi itu cenderung aktif bekerja mencari jawab atas semua hal yang belum diketahuinya. Salah satu hal yang merangsang berpikir adalah adanya hukum kausalitas di muka bumi ini. Jika seseorang melahirkan suatu penemuan baru, bahwa A disebabkan B, maka berikutnya manusia tertantang untuk mencari apa yang menyebabkan B. Begitulah seterusnya sehingga setiap kebenaran yang di temukan oleh potensi intelektual manusia akan diikuti oleh penyelidikan berikutnya sampai menemukan kebenaran baru yang mengoreksi kebenaran yang lama, dan selanjutnya kebenaran yang lebih baru akan ditemukan mengoreksi kebenaran yang lebih lama.

Sebagai makhluk berfikir manusia tidak pernah merasa puas terhadap 'kebenaran ilmiah' sampai ia menemukan kebenaran perenial melalui jalan supra rasionalnya. Jika orang telah sampai kepada kebenaran ilahiah atau terpandunya pikir dan dzikir, maka ia tidak lagi tergoda untuk mencari kebenaran yang lain, dan ketika jiwa itu menjadi tenang, tidak gelisah dan tidak ada konflik batin. Selama manusia masih memikirkan ciptaan Allah SWT dengan segala hukum-hukumnya, maka hati tidak mungkin tenteram dalam arti tenteram yang sebenarnya, tetapi jika ia telah sampai kepada memikirkan Sang Pencipta dengan segala keagungannya, maka manusia tidak sempat lagi memikirkan yang lain, dan ketika itulah puncak ketenangan dan puncak kebahagiaan tercapai, dan ketika itulah tingkatan jiwa orang tersebut telah mencapai al- nafs al-muthma'innah.

b) Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas, tidak ada habis-habisnya, padahal apa yang dibutuhkan itu tidak pernah benar-benar dapat memuaskan (terbatas). Oleh karena itu selama manusia masih memburu yang terbatas, maka tidak mungkin ia memperoleh ketentraman, karena yang terbatas (duniawi) tidak dapat memuaskan yang tidak terbatas (nafsu dan keinginan). Akan tetapi, jika yang dikejar manusia itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang tidak terbatas kesempurnaan-Nya, maka dahaganya dapat terpuaskan. Jadi jika orang telah dapat selalu ingat (dzikir) kepada Allah maka jiwanya akan tenteram, karena 'dunia' manusia yang terbatas telah terpuaskan oleh rahmat Allah yang tidak terbatas.

Sebagaimana Firmah Allah Subhanahu Wa Ta'ala : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan siasia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS. ( Ali Imron: 190-191.)


Perumpamaan Orang Yang Berdzikir

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir itu seperti orang yang hidup dengan orang yang mati. (HR.Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu Alihi Wa Sallam bersabda pula: Pastikan lisanmu selalu basah dengan dzikrullah.(Hadis sahih, diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata: Dzikir bagi hati ibarat air bagi ikan. Apa jadinya bila ikan dikeluarkan dari air?

Dzikir Menjaga Lisan dari Keburukan

Sesungguhnya lisan itu ada dua saja: Lisan yang berdzikir dan pembicara yang tidak ada faedahnya. Barangsiapa dibukakan baginya pintu dzikir, maka telah dibukakan baginya pintu menuju Allah Ta'ala. Jika seseorang telah mendapatkan Rabbnya ia telah mendapatkan segala sesuatu, dan sebaliknya jika ia kehilangan Rabbnya berarti ia kehilangan segala-galanya.

Hanya manusia pada tingkat inilah yang layak menerima panggilan-Nya untuk kembali kepada-Nya dan untuk mencapai tingkat tersebut menurut al-Rozi hanya dimungkinkan bagi orang yang kuat potensinya dalam berpikir ketuhanan atau kuat dalam 'uzlah dan kontemplasi (tafakkur)-nya.

Jadi al-nafs al-muthma'innah adalah nafs yang takut kepada Allah, yakin akan berjumpa dengan-Nya, ridlo terhadap qodlo-Nya, puas terhadap pemberian-Nya, perasaannya tenteram, tidak takut dan sedih karena percaya kepada-Nya, dan emosinya stabil serta kokoh.

Diriwayatkan oleh Abu Al Darda RA bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam bersabda: kepada para Sahabat, “Maukah kalian bila aku beritahu satu amal yang mengungguli seluruh amal ibadah kamu yang lain, yang segera akan diterima Allah Subhanahu Wa Ta'ala , dan meningkatkan derajatmu di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ?” Dia menambahkan, “Amal ini lebih utama daripada mensedekahkan seluruh harta emas dan perak di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala , lebih utama daripada berperang melawan musuh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dimana kamu membunuh mereka dan mereka mencoba membunuhmu?” Para Sahabat menjawab, “Beritahulah kami.” Muhammad Shalllallahu Alaihi Wassalam bersabda, “Banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala .”


Ada satu hadis Qudsi dimana Allah SWT berfirman, “Siapapun yang mengingat Aku dihatinya, Aku mengingatnya dihatiKu. Siapapun yang mengingat Aku dengan berkelompok, Aku mengingatnya dengan berkelompok (bersama Malaikat-2) yang jauh lebih mulia daripada kelompoknya.”

Bila kita membiasakan diri kita untuk banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan konsisten, hikmahnya adalah sangat luar biasa sekali , Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjaga agar lidah kita selalu basah karena banyak berdzikir kepadaNya (Amin).

sudahkan anda berdzikir malam ini ?
---
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang. (QS.Ar-Ra’d:28).

Wassalam,

Tidak ada komentar:

 
;