Diriwayatkan oleh Jalaludin al-Suyuthi dalam Tafsir al-Durr al-Mantsur, sebuah dialog antara Nabi besar Muhammad saw sebagai imam dan para sahabatnya sebagai makmum setelah melaksanakan sholat berjama’ah yang haditsnya telah digubah menjadi bentuk puisi:
Dini hari di Madinah Al-Munawwarah
Kusaksikan para sahabat berkumpul di masjidmu
Angin sahara membekukan kulitku
Gigiku gemertak
Kakiku berguncang
Tiba-tiba pintu hujrah-mu terbuka
Engkau datang, ya Rasul Allah
Kupandang Dikau
Assalamu alaika ayyuhan Nabi wa rahmatullah...
Assalamu alaika ayyuhan Nabi wa rahmatullah....
Kudengar salam bersahut-sahutan
Kau tersenyum, ya Rasul Allah, wajahmu bersinar
Angin sahara berubah hangat
Cahayamu menyelusup seluruh daging dan darahku
Dini hari Madinah berubah menjadi siang yang cerah
Kudengar Engkau berkata :
Adakah air pada kalian?
Kutengok cepat gharibah-ku
Para sahabat sibuk memperlihatkan kantong kosong
Tidak ada setetes pun air, ya Rasul Allah
Kusesali diriku
Mengapa tak kucari air sebelum tiba di masjidmu
Duhai bahagianya, jika kubasahi wajah dan tanganmu
Dengan percikan-percikan air dati gharibah-ku
Kudengat suaramu lirih,
Bawakan wadah yang basah
Aku ingin meloncat mempersembahkan gharibah-ku
Tapi ratusan sahabat berdesakan mendekatimu
Kau ambil gharibah kosong
Kau celupkan jari-jarimu
Subhanallah, kulihat air mengalir di sela-sela jarimu
Kami berdecak, berebut, berwudlu dari pancuran sucimu
Betapa sejuk air itu, ya Rasul Allah
Betapa harum air itu, ya Nabi Allah
Betapa lezat air itu, ya Habib Allah
Kulihat Ibnu Mas’ud mereguknya sepuas-puasnya
Qad qamatish shalah
Qad qamatish shalah
Duhai bahagianyaShalat di belakangmu
Ayat-ayat suci mengalir dari suaramu
Melimpah memasuki jantung dan pembuluh darah
Usai shalat Kau pandangi kami
Masih dengan senyum yang sejuk itu
Cahayamu, ya Rasul Allah, tak mungkin kulupakan
Ingin kubenamkan setetes diriku dalam samudera dirimu
Ingin kujatuhkan sebutir debuku dalam sahara tak terhinggamu
Kudengar kau berkata lirih:
"Ayyul khalqi a’jabbu ilakum imanan?
Siapa mahluk yang paling mempesona?"
"Malaikat ya Rasul Allah... "
"Bagaimana Malaikat tidak beriman,
Bukankah meerka berada di samping Tuhan"
"Para Nabi, ya Rasul Allah.."
Bagaimana Nabi tak beriman,
Bukankah kepada mereka turun wahyu Tuhan
Kami, Para Sahabatmu
Bagaimana kalian tidak beriman,
Bukankah Aku di tengah-tengah kalian,
Telah kalian saksikan apa yang Aku saksikan
Kalau begitu siapakah mereka ya Rasul Allah?
Langit Madinah bening, bumi Madinah hening
Kami termangu
Siapa gerangan mereka yang imannya paling mempesona?
Kutahan napasku, kuhentikan detak jantungku, kudengar Sabdamu
Yang paling menakjubkan imannya adalah
Mereka yang datang sesudahku,
Beriman kepadaku
Padahal tidak pernah melihatku, dan berjumpa denganku
Yang paling mempesona imannya
Merka yang tiba setelah aku tiada
Yang membenarkanku
Tanpa pernah melihatku
Bukankah kami ini saudaramu juga, ya Rasul Allah?
Kalian adalah sahabat-sahabatku
Saudaraku adalah mereka yang tidak pernah berjumpa denganku
Mereka beriman pada yang gaib, mendirikan shalat,
Menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka
Kami terpaku
Langit Madinah hening, bumi Madinah hening
Kudengar lagi Engkau SAW berkata :
Alangkah rindunya Aku pada mereka
Alangkah bahagianya aku memenuhi mereka
Suaramu parau, butir-butir air matamu tergenang
Kau rindukan mereka, ya Rasul Allah
Kau dambakan pertemuan dengan mereka ya Nabi Allah
oOo
Wahai Rasulullah, kau ingin bertemu dengan mereka yang tak pernah dijumpaimu, mereka yang bibirnya selalu bergetar menggumamkan shalawat untukmu. Kau ingin datang memeluk mereka, memuaskan Masih kuingat . Kamipun merindukanmu Ya Rosululloh... Ya Habibi. Berlinang air mata ini karena kerinduan padamu. Gemetar bibirku membaca shalawat untukmu...
Yâ wajîhan 'indallâh, isyfa'lanâ 'indallâh.
Wahai yang mulia di sisi Allah, berikanlah syafaat kepada
kami di sisi Allah...
Ya Alloh Pertemukan kerinduan ini...
Ya Alloh Pertemukan kerinduan ini...
Ya Alloh Pertemukan kerinduan ini...
Salam 'alaika ya Rosululloh
Salam 'alaika ya Nabiyalloh
Salam 'alaika ya habiballoh
Resep Mochi Daifuku: Kelezatan Khas Jepang di Ujung Lidah
13 jam yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar