Kamis, 17 Juni 2010

Setegar batu karang ditengah hempasan badai dan gelombang dilautan kehidupan Share

kemarin sore ketika awan dipenghujung hari ini sudah memerah menghiasi cakrawala. Matahari condong ke barat tenggelam. Sementara pepohonan melambai seakan mengikuti irama. Suara adzan maghrib telah berlalu. kami sekeluarga dengan wajah sumringah menghiasi indahnya malam. melantunkan ayat suci al-Quran terasa meresap dalam jiwa .

Tidak lama kemudian Seorang ayah muda berkunjung ke Pondok As-Shidiq untuk berbagi kebahagiaan. untuk santri-santri di pondok kami . beliau bertutur bahwa sebagai 'Duda' tidak mudah. selain memang tidak nyaman namun juga godaan dan cobaan bisa datang setiap saat. Untunglah bahwa beliau menyadari tempat untuk berteduh hanyalah berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala membuat hatinya menjadi tegar menghadapi berbagai masalah kehidupan

Pernikahan yang pertama harus kandas di tengah jalan . dalam keadaan hatinya menjadi galau dan gundah, dirinya menyerahkan segala permasalahan hidupnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala . berkat kerja kerasnya kebutuhan ketiga anak-anaknya yang ditinggal Ibu nya bisa diatasinya. Bagaikan berjalan dengan 'kaki sebelah' perlahan-lahan kondisi ekonomi keluarganya bisa bangkit membaik. Usaha yang dirintisnya berkembang pesat mengalami kemajuan. Bahkan order pesanan datang dari luar kota.

'Setiap kali saya membaca surat ar-Rahman yang berbunyi, 'Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?' membuat bulu kuduk saya merinding karena merasakan begitu besarnya karunia Allah yang diberikan kepada kami.' tuturnya.

Sampai pada suatu peristiwa yang membuat hatinya terkejut, putrinya yang pertama jatuh sakit terkena usus buntu dan. Pada saat itu juga dilarikan putrinya ke rumah sakit terdekat namun takdir tak bisa dilawan. Menjelang adzan subuh, putrinya meninggal untuk selama-lamanya. Hatinya begitu hancur menyaksikan kepergian putrinya..dan tidak di sengaja air mata saya menetes .

Anas berkata: Aku melihat dia (Ibrahim, putra Rasulullah) memperdaya dirinya menghadapi sakaratul maut di hadapan Rasulullah hingga kedua mata beliau mengalirkan air mata lantas bersabda: Mata mengucurkan air mata dan hati merasa sedih serta aku hanya akan mengatakan perkataan yang diridai Tuhanku. Demi Allah, wahai Ibrahim, sesungguhnya kami sangat sedih (atas kematianmu). (Shahih Muslim No.4279)

Lapang dada dalam menerima cobaan, ketika apa yang kita cintai, kita sayangi meninggalkan kita akan kita dapatkan bila kita berserah diri kepada Allah, menyadari bahwa sesuatu itu ada akhirnya, tidak selamanya kita bersatu dengan apa yang kita sayangi.

saya mengatakan kepada beliau bahwa putrinya hidup yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.

'beliau bersimpuh dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala , saya percaya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mengatur semua ini agar menjadi ladang untuk meningkatkan ketaqwaan saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' ucapnya, wajahnya memerah berlinangan air mata. Hatinya begitu tegar dalam menjalani hidup. Setegar batu karang ditengah hempasan badai dan gelombang dilautan kehidupan. Subhanallah.

--
'(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat ALLAH. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.' (ar-Raad : 28).

By Kembang Anggrek
 
http://i267.photobucket.com/albums/ii319/babyrull/Cinta-pada-Allah.gif 

Tidak ada komentar:

 
;